dreadout-2019

Flash Hape vs Setan – Review Film DreadOut (2019)

Kali ini gw mau bahas tentang film live-action yang diadaptasi dari video game. Pastinya para gamer rata-rata tau film apa ini. DreadOut, dari namanya saja sudah terdengar keren, mengerikan, dan pastinya menegangkan. Diproduseri oleh Kimo Stamboel yang sudah menyutradarai beberapa film seperti Killers (2014), Dara (2007), dan Macabre (2009).

Oke yang pertama bakal gw bahas adalah dari poster dan trailer. Dari poster sendiri sudah sangat amat meyakinkan. Didominasi dengan warna gelap, sensasi film horror ini lebih terasa. Lanjut ke trailer, sebenarnya trailer nya terlalu spoiler untuk sebuah trailer. Alur cerita sudah bisa ketebak namun endingnya yg belum terlalu terlihat.

Sebenarnya cast dari film ini cukup oke. Diperankan oleh artis muda yang cukup top seperti Caitlin Halderman sebagai Linda dan Jefri Nichol sebagai Erik. Yang sebelumnya memang pernah bermain di salah satu film romansa berjudul surat cinta untuk starla. Gw berekspektasi tinggi karena seharusnya chemistry diantara mereka sudah ada. Yak dan akting mereka bisa dibilang cukup oke. Yang menurut gw paling menonjol yaitu karakter Erik yang bisa mendalami perannya dan tidak ketinggalan Mike Lucock sebagai Sekuriti Heri yang bisa mencairkan suasana. Yang lain? hmm… gw bilang yg lain kurang natural dan kurang mendalami karakter, masih terlihat dibuat-buat.

Mungkin kalian bertanya-tanya. Kenapa judul reviewnya flash hape vs setan haha. Setelah nonton film ini pasti tau kenapa gw kasih ini judul.

Lanjut lagi ke alur ceritanya ya gaes. Bagi gw, film ini back story nya kurang kuat untuk sebuah film horror. Pengenalan karakternya juga masih dirasa kurang yg tiba-tiba ada di scene tanpa pengenalan yang cukup.

Visual efek dari film ini cukup bagus, filternya pun unik berasa seperti dalam dunia dreadout. Mungkin karena bekerja sama dengan CJ entertainment ya. Lebih dalam lagi tata kamera cukup oke untuk film rata-rata, Tetapi masih kurang oke untuk sebuah film horror yang mesti diperbanyak jumpscarenya.

Sekarang saatnya bahas hal yang sangat mendukung film horror sebagai film horror haha. Yes, tata suara dan musiknya. Tata suara cukup oke ketika mereka sedang chitchat. Tapi sangat disayangkan background music kurang menegangkan broo. Musiknya kurang bantu jumpscare. Kecewe dah

Dari skenarionya, film ini memang didesain untuk kawula muda yang kekinian. Dari cara mereka berdialog rasanya kurang cocok ditonton oleh orang dewasa dan anak-anak.

Dan menurut gw best moment malah bukan dari horror, justru sang sekuriti yang bertingkah kocak sepanjang film. Suatu blunder dan drawback sebuah film horror yang horrornya kalah dengan kelucuannya. hmmmm.

Kesimpulan

Well kita masuk ke bagian summary film. Kesan yang gw dapat adalah haha apasih gaje. WTH momen bagi gw yaitu pemain terlalu banyak pake hapenya. Ada setan ya baca yasin atau apa kek jangan main hape. Ini lagi di film horror kenapa jadi kayak drama serial. Yaa gw punya ekspektasi tinggi atas film ini tapi ternyata cerita cukup aneh dan gw ga merasa takut sama sekali di film ini.

Penggambaran dunia lain yang menurut gw aneh, karena mereka juga punya peradaban seperti kita, tapi ini tidak. Dan bagaimana cara mengalahkan mereka adalah hal yang paling konyol yang pernah gw lihat. so unrealistic.

Pros:

  • Visual efek cukup bagus untuk kelas film Indonesia.

Cons:

  • Tidak horror untuk film horror. Big Drawback!
  • Cerita tidak unrealistic
  • Jumpscare nya dimana?

Rekomendasi

4/10

Yes, bagi anak muda / remaja kekinian karena filmnya kalian banget. Film horror yang gak horror tapi cukup ringan menghibur.

No, bagi penikmat film horror. Or you gonna get bored all along story.



Leave a reply:

Your email address will not be published.

Site Footer

Sliding Sidebar

About Me

About Me

Seorang yang terlahir puluhan tahun lalu. Bukan seorang yang ingin menjadi yang terbaik, tapi selalu ingin menjadi lebih baik setiap harinya.

Social Profiles